Jumat, 05 April 2013

Paedagogi, Seni dan ilmu mengajar :)

Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki,dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaanya mengantarkan anak majikannya pergi ke sekolah. Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld (Belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld (1980) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.

7 aspek Kompetensi Pedagogik yang dikutip dari Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru):
1. Mengenal Karakteristik Peserta Didik
Dalam aspek ini guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.
2. Menguasai Teori belajar dan Prinsipprinsip Pembelajaran
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang harus tampak dari aspek ini adalah:
ü  Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
ü  Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
ü  Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
ü  Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
ü  Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
ü  Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
3. Mampu Mengembangkan Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan membuat serta menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru akan nampak mampu mengembangkan kurikulum jika:
ü  Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.
ü  Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
ü  Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
ü  Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik.
4. Menciptakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran.  
5. Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka.
6. Melakukan Komunikasi dengan Peserta Didik
Yang dimaksud adalah guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik. Berikut indikator adalah indikatornya:
ü  Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
ü  Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
ü  Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
ü  Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
ü  Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
ü  Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
7. Menilai dan Mengevaluasi Pembelajaran
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya.

Empat macam kegunaan pedagogik bagi para pendidik
1. Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka memahami fenomenapendidikan(situasi pendidikan) secara sistematis.
2. Pedagogik berguna dalam rangka memberikan pentunjuk tentnag apa seharusnyadilaksanakan oleh pendidik
3. Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak
4. Pedagogik berguna untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri demi“menyempurnakan” diri sendiri.

Pedagogik bertugas untuk mempelajari fenomena pendidikan untuk sampai membangun suatu pengetahuan sistematis sehingga diperoleh pemahaman yang jelas mengenai objek studinya tersebut dan bertugas untuk membangun sistem pengetahuan mengenai bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak. 

Sikun Pribadi,1984 mengemukakan secara garis besar terdapat tiga jenis kesalahan dalam rangka pelaksanaan pendidikan:
1. Kesalahan konseptual Kesalahan yang terjadi akibat pendidik kurang memahami teori pendidikan, sehinggatindakan pendidikanya berakibat tidak dapat dibenarkan.
2. Kesalahan teknisKesalahan yang disebabkan olegh kurang terampilnya pendidik dalam praktek ataukeslahan pendidik menerapkan teori dalam praktek.
3. Kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian pendidik Antara lain misal sifat agresif dan egoistis yang mengakibatkan ia bertindak tidak sesuai serta tidak menghargai pendapat anak didiknya.


Daftar pustaka :
http://www.scribd.com/doc/89944345/arti-pedagogik
http://afifabdul.blogspot.com/2012/08/7-aspek-kompetensi-pedagogik.html
http://www.scribd.com/doc/67417994/Kegunaan-Pedagogik-Bagi-Pendidik

Senin, 11 Maret 2013

Paedagogi teoritis dan prinsip-prinsip paedagogis

Winda rizka 11-011

Sulistia Putri 11-017

Citra Wahyuni 11-109


untuk membahas hal ini pertama kita harus mengetahui apa pengertian dari paedagogi dan paedagogis serta beda dari keduanya.

Secara kiasan, pedagogis ialah seorang ahli, yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogis adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak anak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogis adalah Ilmu Pendidikan Anak. 

Sedangkan paedagogi adalah ilmu dan seni nya untuk mengajar anak-anak.

Langveld (1980) membedakan istilah “pedagogis” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogis diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak , mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

 Prinsip-prinsip paedagogis adalah :

Menurut Addine (2001), ada beberapa prinsip paedagogis, yaitu:
  • Harus ada kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis.
  • Hubungan sekolah dan kehidupan harus didasarkan pada dua aspek penting, yaitu kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.
  • Adanya kombinasi karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa.
  • Adanya kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses.
  • Domain kogniif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering, sehingga proses paedagogis harus terstruktur .
  • Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

Daftar pustaka:

http://mimincute09.blogspot.com/2012/06/aspek-pedagogis.html

Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung : Alfabeta

Minggu, 10 Maret 2013

pedagogi dan paradigma belajar

sebelum membahas lebih jauh kita harus tau apa itu defenisi pedagogi dan paradigma...

Istilah pedagogi berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”. Akhirnya pedagogi kemudian didefiniskan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar”.

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam kognitif, afektif, dan konatif. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual. Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik)

Guru harus memikirkan strategi untuk menyampaikan materi kepada seluruh siswanya, bagaimana caranya agar setiap siswa mengerti tentang materi yang diajarkan.  Setiap strategi didasari para paradigm yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Guru akan menjadi lebih efektif bila dia secara sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar, memperluas perbendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi itu. 

Berikut dijelaskan lima strategi :

Strategi 1: Pelatihan dan pelatihan lanjut. Seorang guru hendaknya mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan siswa dengan tujuan yang jelas, melaksanakan keterampilan tersebut dengan langkah-langkah tertentu dan memperkuat setiap kemajuannya. 

Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan. Menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan diingat. Strategi ini didasari oleh temuan psikologi kognitif.

Strategi 3:  Mencari dan menemukan. Merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. 

Strategi 4: Kelompok dan tim. Bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap, pendapat, dan keyakinan melalui proses kelompok. Strategi ini didasari oleh hasil temuan tentang komunikasi kelompok dan tim. 

Strategi 5: Pengalaman dan refleksi. Guru mendorong siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang terjadi di lingkungan kerja, magang, studi wisata atau kegiatan di luar ruangan. 

Kelimanya dapat digunakan dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dan di setiap kelompok usia siswa, bahkan juga untukk siswa perguruan tinggi. Lima strategi, bersama dengan tiga perspektif (materi pelajaran, cara mengelola/mengatur pembelajaran, dan siswa) menyediakan informasi dasar profesional bahwa setiap guru agar menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya. Pedagogi itu sendiri telah terkait didalam strategi-strategi yang dipaparkan sebelumnya. Seorang guru yang telah memahami terjadinya proses belajar yang prima akan dapat menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang sesuai dan mampu mengkomunikasikannya dengan jelas. Dengan memenuhi prinsip pedagogi maka paradigma belajar yang prima telah cukup sempurna untuk  pengunaannya dalam proses belajar. Guru tersebut akan dapat memandu siswa berhasil belajar melalui eksplorasi proses pemecahan masalah secara kreatif dan kritis, serta membantu siswa bergulat dengan ide-ide dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri.

Daftar pustaka :  Danim, Prof. Dr. Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Penerbit Alfabeta 

Selasa, 19 Juni 2012

simulasi Paedagagi dan andragogi




Hari jumat kemarin adalah perkuliahan pendidikin yang sangat seru dari perkuliahan pendidikan sebelumnya yang seru juga.
Jumat kemarin kami sekelas dibagi menjadi 3 orang satu kelompok dan kalau ngak salah ada 17 kelompok :D
Seru loh....setelah dibagi kelompok kami di tugas kan memerankan simulasi yang membedakan paedagogi dan andragogi.bener-bener sangat seru...kami berasa kayak lagi sekolah acting.hihihi
Padahal awalnya saya pribadi dan kelompok merasa agak sulit L eh ternyata seru-seru aja dan menyenangkan.
Ada yang memperagakan jadi guru,jadi dosen,jadi ibu jadi anak.banyak deh.
Kemaren itu kelompok saya terdiri dari saya sendiri,sulistia putri,sama agnes. Awalnya kami masih sangat binggung apa yang mau kami praktekkan di depan.kami takut salah udah gitu takut malu-maluin.
jadi akhirnya untuk contoh paedagogi kami memberikan simulasi dengan memperankan menjadi seorang ibu yang sedang mengajari anak-anaknya untuk beres-beres rumah.hihi
saya menjadi seorang ibu rumah tangga
sulistia putri menjadi anak saya yang berumur 15 tahun
agnes menjadi anak saya yang berumur 14 tahun
nah ceritanya suatu pagi jam 10 pagi saya menegur anak-anak saya itu untuk bersih-bersih padahal mereka sedang asik menikmati hari libur mereka dan menonton tv.dengan sangat marah saya menyuruh mereka untuk berdiri dari duduk nya dan menyuruh mereka untuk belajar menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik.karena kelak saya ingin anak-anak saya pintar membersihkan rumah dan bisa menjadi seorang ibu yang berhasil.nah pertama saya mengajari mereka untuk menyapu dan menyuci baju.disitu mereka berdua selaku anak saya hanya mendengarkan dan berusaha mengerti dengan apa yang saya bilang.
Untuk contoh andragogi saya dan kelompok saya mengambil contoh belajar membuat kue untuk menyambut hari ulang tahun pacar dengan teman sebaya.
Sulistia putri menjadi seorang teman yang bersekolah disekolah tata boga.
Saya dan agnes menjadi sahabat atau teman dari sulis.
Nah disini kami berdua sama-sama ingin belajar membuat kue untuk sang pacar.
Disana putri menyuruh kami untuk menyiapkan bahan-bahannya saja.selebihnya dia menyuruh kami untuk mencoba mempraktekannya sendiri.disana saya banyak sekali bertanya kepada putri.tentang takaran gula,warna yang bagus untuk kue ulang tahun dan cara mengaduk yang benar.putri hanya menjawab pertanyaan kami.
Nah disini nampak kan perbedaan paedagogi dan andragogi.
Kalo paedagogi itu semua itu di fokuskan kepada pengajarnya.dicontoh kami terlihat bahwa sang ibu lebih aktif sang anak hanya memperhatikan.
Sedangkan di andragogi yang lebih aktif adalah saya dan teman saya sementara sulis hanya menjawab pertanyaan kami.dan kami yang meminta untuk belajar membuat kue.jadi intinya andragogi itu yang mau belajar yang menetukan apa kebutuhannya.di andragogi itu pun kami hanya terlihat seperti diskusi,sulis tidak terlihat menggurui kita.

:) 

Selasa, 05 Juni 2012

"Stress n Health"

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai topik Stress n Health dalam pembahasan 4 jenis konflik.



 
1.Approach-approach conflict : Terjadi ketika kita dihadapkan untuk memiliih dua hal     yang sama baiknya.
Pengalaman saya : Pada saat liburan sehabis UN kemarin,saya di beri hadiah oleh orangtua saya karena lulus UN.hadiahnya saya bebas memilih tempat berlibur tetapi harus di dalam negeri.saat itu saya di bayangi oleh dua tempat yang sama-sama menarik dan saya sukai.pilahan pertama bali,pilihan ke dua bandung.sungguh saya sangat binggung.jadi nya disini saya mengalami stress yang tersembunyi akibat hal-hal positif yang menurut saya dua-dua nya saya senangi dan baik untuk saya. J
2.Avoidance-avoidance conflict : Terjadi ketika kita dihadapkan untuk memilih dua hal yang sama buruknya.
Pengalaman saya : sebenarnya pengalaman ini sering terjadi ketika saya pulang kuliah.saya binggung.setiap pulang sekolah saya ingin sekali di jemput oleh orang tua saya agar saya tidak usah mengeluarkan ongkos angkot(agar lebih hemat),tetapi apabila saya ingin di jemput orang tua saya selalu bisa menjemput saya tetapi saya harus menunggu sampai jam 6 sore ketika orang tua saya pulang.sementara saya binggung harus mengerjakan apa di kampus sampai jam 6.jadi bagi saya dua pilihan tersebut sangat lah buruk dan tidak saya inginkan.
3.Approach-avoidance conflict : Terjadi ketika kita berada pada posisi dilemma, kita akan menerima suatu hal yang baik, tetapi hal tersebut mendatangkan hal yang buruk.
Pengalaman saya : ini juga sebenarnya sering terjadi di kehidupan saya.ketika ibu saya menyuruh saya menemani dia belanja biasanya ibu saya akan membelanjakan baju untuk saya boleh dibilang shopping bareng di petisah atau pasar rame.tetapi apabila saya menerima ajakan itu saya akan selalu merasa bosan ketika belanja sedang berlangsung karena ibu pasti membuat janji dengan temannya untuk belanja bareng sama saya dan ibu saya.tidak mengenakkan bagi saya ketika saya harus menunggu ibu saya bicara dengan temannya. L
4.Multiple approach-avoidance conflict : Terjadi ketika kita harus memilih dua hal yang sama-sama memberikan hal yang positif dan negatif.
Pengalaman saya : saya pernah mengikuti sekolah modelling tetapi tidak berhasil karena saya tidak bisa mengurangi berat badan. :D sebelumnya saya binggung dalam memilih dua sekolah model ini yang satu nama nya sekolah dengan inisial R dan satu lagi dengan inisial A.disekolah R,sekolah tersebut sudah terkenal dan banyak model-model yang berhasil tetapi saya suka minder dengan teman-teman di sekolah R ,karena saya harus sekelas dengan teman-teman yang sudah ahli tersebut dengan kata lain di sekolah R tidak membedakan kelas baru dan lama semuanya digabung agar anak baru bisa termotivasi oleh anak lama.disekolah A ,sekolah tersebut kualitasnya setingkat di bawah sekolah R.tetapi saya tidak perlu minder apabila masuk kesana karena kebanyakan model-modelnya adalah anak-anak baru.kelas antara anak baru dan anak yang sudah ahli pun di pisah.jadi saya merasa sangat binggung dalam memilihnya.sehingga pada saat itu saya mengalami sedikit stress L

Sabtu, 02 Juni 2012

Andragogi

Andragogi berasal dari bahasa yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogis yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
 Andragogi, yaitu proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Semula cara mendidik orang dewasa disamakan dengan cara mendidik anak-anak di bangku pendidikan formal (pedagogi). Akan tetapi, terdapat perbedaan penting antara orang dewasa dan anak-anak, sehingga andragodi terpisah menjadi ilmu sendiri. Istilah andragogi ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles.
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
  2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
  3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
  4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Dalam andragogi, mendidik bukan berarti menggurui, bukan mengisi mereka dengan pengetahuan tapi sebagai bentuk kerjasama saling meningkatkan pengetahuan, dan menempatkan orang dewasa sebagai subjek bukan objek. Andragogi mempelajari sifat fisik, psikis dan karakter orang dewasa.
Secara filosofis, Konfusius mengemukakan tiga hal penting terkait dengan fisik dan psikis manusia, antara lain : “saya dengar dan saya lupa, saya lihat dan saya ingat, saya lakukan dan saya mengerti”. Artinya, mejadikan orang dewasa terlibat langsung secara fisik dan emosional akan memudahkan tersampaikannya pesan yang kita maksud.
Meskipun variatif dan cara mengekspresikan emosinya berbeda-beda, kelemahan orang dewasa adalah mudah tersinggung. Sangat penting untuk menjadikan orang dewasa jangan tersinggung dengan menghindari perilaku merendahkan, mengecewakan dan mempermalukan. Orang dewasa justru akan senang bila dimotivasi dan dibuat senang. Sikap menghargai ini, akan memudahkan masuknya pesan yang ingin disampaikan.
Orang dewasa tidak menyukai hal-hal teoritis dan cenderung menyukai sesuatu yang praktis sesuai peran sosialnya (pekerjaan, tanggung jawab, kebutuhan). Andragogi biasanya dimanfaatkan oleh profesi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti penyuluh, fasilitator, motivator, politikus dan profesi lain.
Barangkali secara personal kita pernah gagal mempengaruhi orang dewasa atau yang lebih dewasa dari usia kita, agar orang tersebut mau melakukan sesuatu. Kemungkinan jawabannya adalah kita belum memahami kondisi fisik, psikis dan karakter orang dewasa.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/02/andragogi-pendidikan-orang-dewasa/

hasil survey online dan testimonial

Saya mengambil topik survey online mengenai "peran blogger".
dimana pembahasannya mencakupi 7 pertanyaan yang dijawab berdasarkan "strongly agree","agree","neutral","disagree","strongly disagree" :
1.blogger mempermudah anda dalam sistem pembelajaran.
 Strongly Agree  5 

 7.81% 
 Agree  29 

 45.31% 
 Neutral  29 

 45.31% 
 Disagree  1 

 1.56% 
 Strongly Disagree  0 
 0.00% 
2.blogger sangat mudah digunakan.
 Strongly Agree  4 

 6.25% 
 Agree  30 

 46.88% 
 Neutral  25 

 39.06% 
 Disagree  5 

 7.81% 
 Strongly Disagree  0 
 0.00% 
3.setelah memposting segala materi perkuliahan di blog,kita bisa lebih mudah mengulang atau                 membaca materi pelajaran ketika hendak ujian.
Strongly Agree  3 

 4.69% 
 Agree  28 

 43.75% 
 Neutral  26 

 40.63% 
 Disagree  6 

 9.38% 
 Strongly Disagree  1 

 1.56% 
4.blogger anda berisi materi kuliah dan hal-hal pribadi tentang anda.
 Strongly Agree  3 

 4.69% 
 Agree  27 

 42.19% 
 Neutral  27 

 42.19% 
 Disagree  6 

 9.38% 
 Strongly Disagree  1 

 1.56% 
5.anda merasa terbebani pada saat akan memposting materi perkuliahan di blog.
 Strongly Agree  0 
 0.00% 
 Agree  4 

 6.25% 
 Neutral  36 

 56.25% 
 Disagree  23 

 35.94% 
 Strongly Disagree  1 

 1.56% 
6.blogger anda juga memuat materi pelajaran lain selain materi pelajaran psikologi pendidikan.
 Strongly Agree  7 

 10.94% 
 Agree  30 

 46.88% 
 Neutral  16 

 25.00% 
 Disagree  10 

 15.63% 
 Strongly Disagree  1 

 1.56% 
7.blogger membuat anda lebih bersemangat dalam membaca materi pelajaran.(yang sudah diposting di blog)
 Strongly Agree  2 

 3.17% 
 Agree  22 

 34.92% 
 Neutral  32 

 50.79% 
 Disagree  7 

 11.11% 
 Strongly Disagree  0 
 0.00% 

Survey online saya mendapat respons dari 64 orang teman-teman angkatan 2011.

Kesimpulan
setengah dari teman-teman sudah menganggap blogger mempermudah mereka dalam sistem pembelajaran dan setengah dari teman-teman juga menganggap blogger itu netral untuk mempermudah mereka dalam sistem pembelajaran.
menurut mereka blogger sangat mudah untuk digunakan,mereka juga setuju bahwa dengan memposting materi pelajaran kedalam blog kita bisa dengan mudah mengulang dan membaca pelajaran apabila hendak ujian karena sudah terstruktur di blog.
sebagian dari mereka memposting hal-hal pribadi mereka kedalam blog,jadi bukan hanya pelajaran saja.
mereka merasa tidak terlalu terbebani ketika sedang memposting mata pelajaran di blog mereka.
blogger yang mereka miliki tidak hanya berisi tentang materi mata kuliah psikologi pendidikan tetapi ada juga materi-materi lainnya.
blogger lumayan membuat mereka bersemangat dalam membaca materi pelajaran yang sudah terposting di blog :)

Testimonial
Ini adalah pengalaman pertama saya dalam membuat sebuah survey.tapi ini bener-bener seru kok :)
selain bisa memenuhi tugas kuliah kita juga bisa dapet suatu bekal untuk kedepannya ketika menusun tugas akhir.kita sudah bisa mendapatkan suatu bayangan apa saja yang ada dibayangan kita ketika kita hendak melakukan suatu observasi.tapi menurut pendapat saya observasi dengan menggunakan survey online ini lebih mudah dari pada yang manual.selain itu kita bisa menghemat biaya Print. :D
ini benear-benar adalah tugas yang sangat menarik.saya kira awalnya akan sulit ternyata mudah.dan yang paling penting lagi kita bisa menghemat waktu.karena tidak usah membaca satu persatu kertas survey ketika membuat kuesioner manual. :D