sebelum membahas lebih jauh kita harus tau apa itu defenisi pedagogi dan paradigma...
Istilah pedagogi berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti
memimpin. Kemudian pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau
perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni
mengajar kanak-kanak”. Akhirnya pedagogi kemudian didefiniskan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar”.
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam kognitif, afektif, dan konatif.
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas
yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual. Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik)
Guru harus
memikirkan strategi untuk menyampaikan materi kepada seluruh siswanya,
bagaimana caranya agar setiap siswa mengerti tentang materi yang
diajarkan. Setiap strategi didasari para paradigm yang berbeda mengenai
cara siswa belajar. Guru akan menjadi lebih efektif bila dia secara
sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar, memperluas
perbendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi itu.
Berikut dijelaskan lima strategi :
Strategi 1: Pelatihan
dan pelatihan lanjut. Seorang guru hendaknya mengembangkan keterampilan
dasar dan lanjutan siswa dengan tujuan yang jelas, melaksanakan
keterampilan tersebut dengan langkah-langkah tertentu dan memperkuat
setiap kemajuannya.
Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan. Menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses,
dan diingat. Strategi ini didasari oleh temuan psikologi kognitif.
Strategi 3: Mencari
dan menemukan. Merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan
masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan.
Strategi 4: Kelompok
dan tim. Bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi
sikap, pendapat, dan keyakinan melalui proses kelompok. Strategi ini
didasari oleh hasil temuan tentang komunikasi kelompok dan tim.
Strategi 5: Pengalaman
dan refleksi. Guru mendorong siswa untuk merefleksikan pembelajaran
yang terjadi di lingkungan kerja, magang, studi wisata atau kegiatan di
luar ruangan.
Kelimanya dapat digunakan
dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dan di setiap kelompok
usia siswa, bahkan juga untukk siswa perguruan tinggi. Lima strategi,
bersama dengan tiga perspektif (materi pelajaran, cara
mengelola/mengatur pembelajaran, dan siswa) menyediakan informasi dasar
profesional bahwa setiap guru agar menjadi lebih efektif dalam
melaksanakan tugasnya. Pedagogi
itu sendiri telah terkait didalam strategi-strategi yang dipaparkan
sebelumnya. Seorang guru yang telah memahami terjadinya proses belajar
yang prima akan dapat menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang sesuai
dan mampu mengkomunikasikannya dengan jelas. Dengan
memenuhi prinsip pedagogi maka paradigma belajar yang prima telah cukup
sempurna untuk pengunaannya dalam proses belajar. Guru tersebut akan
dapat memandu siswa berhasil belajar melalui eksplorasi proses pemecahan
masalah secara kreatif dan kritis, serta membantu siswa bergulat dengan
ide-ide dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengembangkan
pemahaman mereka sendiri.
Daftar pustaka : Danim, Prof. Dr. Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Penerbit Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar