Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
karakter anak berkebutuhan khusus
a.Tunagrahita (Mental retardation)
1.Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2.Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3.Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4.Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5.Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6.Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
b. Tunalaras (Emotional or behavioral disorder)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan
prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang
berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal
dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
1.Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual, sensori atau kesehatan.
2.Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
3.Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
4.Secara umum mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.
5.Bertendensi kea rah symptoms fisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.
Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa diidentifikasi melalui indikasi berikut:
1.Bersikap membangkang,
2.Mudah terangsang emosinya,
3.Sering melakukan tindakan aggresif,
4.Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
c. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran
baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan
tingkat gangguan pendengaran adalah:
Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran:
1.Tidak mampu mendengar,
2.Terlambat perkembangan bahasa,
3.Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
4.Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,
5.Ucapan kata tidak jelas,
6.Kualitas suara aneh/monoton,
7.Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,
8.Banyak perhatian terhadap getaran,
9.Keluar nanah dari kedua telinga,
10.Terdapat kelainan organis telinga.
d. Tunanetra (Partially seing and legally blind)
Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:
1.Tidak mampu melihat,
2.Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
3.Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4.Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5.Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6.Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
7.Mata bergoyang terus.
e. Tunadaksa (physical disability)
Berikut identifikasi anak yang mengalami kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:
1.Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2.Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3.Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
4.Terdapat cacat pada alat gerak,
5.Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
6.Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal,
7.Hiperaktif/tidak dapat tenang.
f. Tunaganda (Multiple handicapped)
Menurut Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang mempunyai
kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai
hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau
dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak,
bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat.
h. Anak Berbakat (Giftedness and special talents)
i. Anak Autistik
Nilai standarnya 1Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya
hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan
pada otak. Gejala-gejala autism menurut Delay & Deinaker (1952) dan
Marholin & Philips (1976) antara lain:
1.Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang
acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
2.Selalu diam sepanjang waktu.
3.Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada
monoton, kemudian dengan suara yang aneh akan menceritakan dirinya
dengan beberapa kata kemudian diam menyendiri lagi.
4.Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak menyenangi sekelilingnya.
5.Tidak tampak ceria.
6.Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya.
j. Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau
symptoms. (Batshaw & Perret, 1986: 261).symptoms terjadi disebabkan
oleh factor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD) (Solek, P. 2004:4)
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat
dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran
yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru,
lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
- Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
- Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
- Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
- Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
- Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang
dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat
akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :
- Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
- Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
- Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu
model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas
dan bidang khusus.3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah
umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di
sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak
tunagrahita antara lain;
- Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
- Strategi kooperatif
- Strategi modifikasi tingkah laku
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah
umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di
sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak
tunagrahita antara lain;
- Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
- Strategi kooperatif
- Strategi modifikasi tingkah laku
4.Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
- Pendidikan integrasi (terpadu)
- Pendidikan segresi (terpisah)
- Penataan lingkungan belajar
5.Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
- Model biogenetic
- Model behavioral/tingkah laku
- Model psikodinamika dan model ekologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar